Senin, 07 Juli 2014

SCM : Mengapa Keberadaannya Disebut Strategis

"Jangankan melihat nilai indikator departemen lain, terkadang mereka tidak mengerti nilai indikator yang harus dicapai di departemennya." @pararamparam

Supply Chain Management atau biasa disebut dengan SCM merupakan sebuah pendekatan baru dalam hal manajemen. Awalnya setiap kita akrab dengan kata manajemen, sebuah pendekatan dalam mengatur sesuatu. Seiring berjalannya waktu keilmuan manajemen ini terus berkembang. Setiap profesional mengembangkan pendekatan ini menggunakan keilmuan / kebidangan mereka sehingga muncul manajemen keuangan, manajemen sumber daya, manajemen resiko, manajemen proyek, dan lain sebagainya sampai muncul manajemen rantai pasok (scm).
Siapakah yang paling bertanggungjawab? Ya, benar jawabannya adalah revolusi industri.
Seiring dengan kemunculan industri maka semakin banyak hal yang harus dikelola. Awalnya hanya berangkat dari pengelolaan sederhana, perencanaan, kualitas, target dan terus berkembang untuk mencapai 'kenyamanan kerja'.  Yes to kenyamanan kerja! Ketika anda belum merasa nyaman dalam melakukan pekerjaan anda, maka anda belum menemukan manajemen kerja yang baik. Mengerti apa yang menjadi tujuan, apa yang harus dilakukan, dan bagaimana mengawasinya adalah sebuah prinsip dasar mendapatkan 'kenyamanan kerja'. Begitupula dengan manajemen rantai pasok, sangat jelas bahwa pelaku dalam industri manufakturlah yang berperan memunculkan pendekatan ini demi mencapai kenyaman kerja dalam bidang kesinambungan.



Lalu siapakah awalnya yang dapat melakukan pendekatan ini di dalam manufaktur? 
Jika kita telusuri perjalanan dari manajemen rantai pasok maka kita akan melihat bahwa pendekatan ini membahas topik yang luas, dari awal sampai akhir. Dari A sampai dengan Z namun terkadang beberapa tidak memberikan detail dari masing-masing hal tersebut. Maka seseorang yang mulanya mengamati hal ini pastilah melakukan banyak pekerjaan, atau menerima laporan dari banyak pihak. Saya lebih cenderung menerima laporan dari banyak pihak, sehingga dapat melihat dari sudut pandang yang lebih tinggi dan merasa perlu membuat kenyamanan kerja bagi dirinya.

Mari kita bahas lebih detail ilustrasi diatas.
Pada sebuah manufaktur umunya terdapat beberapa departemen yang sudah memiliki perannya masing-masing. Katakanlah departemen warehouse memiliki peran untuk mengamannkan persediaan dan mengusahakan supaya biaya yang timbul didalamnya efisien. Kemudian departemen produksi juga memiliki peran untuk memaksimalkan semua resources yang digunakan, waste itu haram hukumnya. Tidak mau kalah juga departemen pengadaan, banyak vendor dan belanja yang murah akan meningkatkan nilai mereka. Saya yakin bahwa pada kenyataannya mereka akan berusaha semaksimal mungkin mengejar tujuan mereka masing-masing. Seorang Manajer di masing-masing departemen ini akan sibuk memutar dan mengatur strategi, belum lagi memikirkan tentang development tim yang dipimpinnya, mereka berusaha mengejar nilai performance terbaik tanpa mereka menyempatkan diri untuk melihat nilai performance departemen lainnya. 
Bagaimana dengan level anggota tim / staff ? Jangankan melihat nilai indikator departemen lain, terkadang mereka tidak mengerti nilai indikator yang harus dicapai di departemennya. Hal ini bisa terjadi karena departemen yang terlalu luas, ataupun beban kerja yang terlalu banyak secara kuantitas, bukan kualitas. Jadi jelas terlihat bahwa pendekatan rantai pasok ini dilakukan oleh pihak yang dapat menerima laporan dari para manajer.

Melihat setiap departemen mencapai nilai indikator yang maksimal akan membanggakan, tetapi apakah itu mungkin terjadi ? dan apakah itu menguntungkan bagi perusahaan?
Faktanya tidak jarang bagusnya nilai indikator salah satu departemen menyebabkan jeleknya nilai indikator departemen lainnya. Contoh, departemen produksi bersama kualitas ingin menciptakan produk 100% tanpa cela. Tapi hal ini membutuhkan adanya bahan baku yang bermutu tinggi, mesin proses yang baik, dan sistem inspeksi yang ketat. Seandainya ini dilakukan, maka departemen pengadaan akan mengalami beban nilai belanja yang membengkak dan departemen pemasaran akan kehilangan pelanggan karena menunggu waktu inspeksi selesai.
Disinilah tugas seorang leader untuk melakukan penyelarasan. Seorang leader dengan posisi strategis, yang menerima laporan dari beberapa departemen akan mampu melihat peran setiap departemen dan menentukan arah setiap departemen sehingga diperoleh nilai optimal. Disinilah arah kebijakan perusahaan digunakan sebagai dasar untuk melakukan penyelarasan.

Jadi jika kita banyak membaca dan mendengar bahwa SCM atau Manajemen Rantai Pasok itu merupakan keilmuwan yang sifatnya strategis maka kita sudah tahu dan mengerti. Bahwa pendekatan ilmu manajemen ini memang digunakan untuk leader yang posisinya strategis yang dapat melihat sebuah proses bisnis secara menyeluruh dan tentu saja keputusan yang diambilnya akan dapat memberikan dampak signifikan bagi perusahaan.
Bagi anda yang belum memiliki posisi strategis tetapi sedang belajar atau memilih untuk mendalami pendekatan rantai pasok, saya ucapkan selamat ! 
Anda sedang mengasah diri anda untuk dapat memperoleh sudut pandang yang lebih tinggi dari saat ini. Banyak kasus yang dapat dicari dan diselesaikan, dan tentu saja pendekatan keilmuwan ini masih terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi, menguatnya daya beli, iklim investasi, dan lain sebagainya.

@pararamparam

KA Taksaka Malam Yk-Jkt  - 2014

1 komentar:

  1. Mantap @pararamparam, kita kembalikan istilah di atas ke pembuat awalnya ataupun pengertian dari scm council ...

    BalasHapus