Jumat, 17 Oktober 2014

Visi Panas PLN

Perusahaan Listrik Negara, merupakan sebuah perusahaan milik negara ,yang jika kita tinjau dari sudut pandang ekonomi, melakukan monopoli pasar terhadap kebutuhan listrik untuk masyarakat (non usaha). Keadaannya belakangan ini sering dilihat secara detail oleh beberapa media terutama dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat umum. Selain itu juga terdapat beberapa beberita yang mengabarkan bagaimana PLN mengalami kerugian. Cukup aneh sebenarnya bagaimana bisa sebuah usaha yang berjalan tanpa pesaing (blue ocean strategy), dengan keadaan pasar Deman over supply masih bisa mengalami kerugian. 

Cara yang bisa dilakukan apabila kita mengalami kerugian adalah dengan menaikkan keuntungan. Jika dilihat dari pendekatan bisnis maka strategy mana yang mau dipakai untuk meningkatkan keuntungan. Untuk PLN tentunya dengan keuntungan per unit jasa terjual yang tipis (ada campur tangan pemerintah), maka jalan menaikkan keuntungannya berarti dengan meningkatkan volume jual, ditambah lagi demand nya masih sangat banyak. Untuk meningkatkan volume jasa yang dijual maka PLN memerlukan tambahan pasokan raw material, dalam hal ini kita bisa mengkategorikan raw materialnya dari Tenaga Air, Uap, Gas, Gas Uap, Panas Bumi, ataupun Diesel. Dalam pemilihan raw material pasti ada perhitungan mana yang paling ekonomis terutama untuk jangka panjang. 

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, dapat kita ketahui bagaiman sejauh ini PLN melakukan supply raw material management. Untuk lebih mudah dapat kita lihat melalui grafik berikut :

Berdasarkan ilustrasi diatas dapat kita lihat bahwa selama lima belas tahun, komposisi sumber daya yang digunakan PLN tidak berubah secara signifikan. Ada peningkatan pada pemanfaatan sumber daya Uap, tetapi dengan peningkatan sebanyak 8% selama 15 tahun rasanya kurang signifikan. Terlebih lagi jika kita melihat pemanfaatan tenaga Panas Bumi, rasanya selama 15 tahun tidak ada visi untuk mengarahkan pemanfaatan energi ini, peningkatan hanya terjadi sebanyak 1%. Sedangkan jika kita lihat bagaimana potensi Indonesia mengenai panas Bumi, banyak sekali area yang belum dikerjakan.
sumber : ESDM

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa investasi untuk panas bumi ini sangat mahal, tetapi investasi ini sifatnya hanya sekali dan kemudian dilanjutkan dengan investasi perawatan (operational). Dengan menggunakan panas bumi tentu saja PLN dapat menekan biaya untuk memperoleh raw material energi nya. Sehingga keuntungan dari setiap unit jasa yang dijual jadi lebih meningkat, ditambah lagi dengan volume penjualan yang naik maka seharusnya dapat berujung pada profit yang naik.

Bagaiaman PLN kedepan dapat memanfaatkan panas bumi ini sebagai sumber raw material utama adalah tantangan tersendiri. Tetapi sekilas kita dapat lihat dengan data seperti ini seharusnya energi panas bumi perlu dikembangkan dari tahun ke tahun. Sehingga proporsi sumber energi yang digunakan oleh PLN akan berubah. Pola tata kelola migas bisa saja diadopsi untuk dapat menarik investor asing membantu mengembangkan Panas Bumi di Indonesia sebagai bahan baku utama PLN. Jika ingin dipelajari lebih dalam bisa saja mengadopsi salah satu dari fiscal terms oil and gas sebagai berikut :
1. Production Sharing Contract
2. Consesi Contract
3. Service Contract

Apabila PLN dapat menarik investor untuk bekerjasama menjadi mitranya maka keterbatasan akan kebutuhan modal untuk berinvestasi di panas bumi dapat diatasi. Skenario diatas hanyalah alternatif sederhana dengan melihat tatakelola migas di dunia saat ini dan dituliskan sekilas melalui media Blog, keterbatasan modal seharusnya bukan menjadi penghalang apabila kita memiliki komitmen untuk berinovasi. Banyak skema kontrak lain yang dapat di eksplorasi, banyak ahli ekonomi yang dapat melakukan simulasi perhitungan economic planning. Semoga kedepan PLN dapat memiliki visi untuk mengembangkan panas bumi dan bekerjasama dengan stakeholders terkait untuk menciptakan pertumbuhan energi di Tanah Air.

Salam !
@pararamparam.



0 comments:

Posting Komentar