Bulog (buffer) vs PT Bulog

“Jangankan buffer stock, yang namanya stock (persediaan) itu saja sudah jadi biaya. Apalagi buffer stock, alias stock cadangan” - @paramamparam

SCM Hulu Migas : Masih Setengah Matang ?

"Kali ini saya melihat SCM Hulu Migas masih setengah matang jika dibandingkan dengan SCM pada manufacture dan matriks SCOR yang dikeluarkan oleh Supply Chain Council." @parararamparam

SCM : Mengapa Keberadannya Disebut Strategis

"Jangankan melihat nilai indikator departemen lain, terkadang mereka tidak mengerti nilai indikator yang harus dicapai di departemennya." @pararamparam

Kuliner Bogor : Gudeg Jogja Bu Ayu

Let’s say ini hybrid, tapi rasanya saya tetap suka. Bagian paling enak dari gudeg ini adalah gudegnya sendiri dan telornya.

Review Blibli.com

Prosesnya cukup standart, saya menjadi member, dan konfirmasi pembayaran yang sudah terintegrasi dengan akun bank secara online juga.

Jumat, 17 Oktober 2014

Visi Panas PLN

Perusahaan Listrik Negara, merupakan sebuah perusahaan milik negara ,yang jika kita tinjau dari sudut pandang ekonomi, melakukan monopoli pasar terhadap kebutuhan listrik untuk masyarakat (non usaha). Keadaannya belakangan ini sering dilihat secara detail oleh beberapa media terutama dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat umum. Selain itu juga terdapat beberapa beberita yang mengabarkan bagaimana PLN mengalami kerugian. Cukup aneh sebenarnya bagaimana bisa sebuah usaha yang berjalan tanpa pesaing (blue ocean strategy), dengan keadaan pasar Deman over supply masih bisa mengalami kerugian. 

Cara yang bisa dilakukan apabila kita mengalami kerugian adalah dengan menaikkan keuntungan. Jika dilihat dari pendekatan bisnis maka strategy mana yang mau dipakai untuk meningkatkan keuntungan. Untuk PLN tentunya dengan keuntungan per unit jasa terjual yang tipis (ada campur tangan pemerintah), maka jalan menaikkan keuntungannya berarti dengan meningkatkan volume jual, ditambah lagi demand nya masih sangat banyak. Untuk meningkatkan volume jasa yang dijual maka PLN memerlukan tambahan pasokan raw material, dalam hal ini kita bisa mengkategorikan raw materialnya dari Tenaga Air, Uap, Gas, Gas Uap, Panas Bumi, ataupun Diesel. Dalam pemilihan raw material pasti ada perhitungan mana yang paling ekonomis terutama untuk jangka panjang. 

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, dapat kita ketahui bagaiman sejauh ini PLN melakukan supply raw material management. Untuk lebih mudah dapat kita lihat melalui grafik berikut :

Berdasarkan ilustrasi diatas dapat kita lihat bahwa selama lima belas tahun, komposisi sumber daya yang digunakan PLN tidak berubah secara signifikan. Ada peningkatan pada pemanfaatan sumber daya Uap, tetapi dengan peningkatan sebanyak 8% selama 15 tahun rasanya kurang signifikan. Terlebih lagi jika kita melihat pemanfaatan tenaga Panas Bumi, rasanya selama 15 tahun tidak ada visi untuk mengarahkan pemanfaatan energi ini, peningkatan hanya terjadi sebanyak 1%. Sedangkan jika kita lihat bagaimana potensi Indonesia mengenai panas Bumi, banyak sekali area yang belum dikerjakan.
sumber : ESDM

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa investasi untuk panas bumi ini sangat mahal, tetapi investasi ini sifatnya hanya sekali dan kemudian dilanjutkan dengan investasi perawatan (operational). Dengan menggunakan panas bumi tentu saja PLN dapat menekan biaya untuk memperoleh raw material energi nya. Sehingga keuntungan dari setiap unit jasa yang dijual jadi lebih meningkat, ditambah lagi dengan volume penjualan yang naik maka seharusnya dapat berujung pada profit yang naik.

Bagaiaman PLN kedepan dapat memanfaatkan panas bumi ini sebagai sumber raw material utama adalah tantangan tersendiri. Tetapi sekilas kita dapat lihat dengan data seperti ini seharusnya energi panas bumi perlu dikembangkan dari tahun ke tahun. Sehingga proporsi sumber energi yang digunakan oleh PLN akan berubah. Pola tata kelola migas bisa saja diadopsi untuk dapat menarik investor asing membantu mengembangkan Panas Bumi di Indonesia sebagai bahan baku utama PLN. Jika ingin dipelajari lebih dalam bisa saja mengadopsi salah satu dari fiscal terms oil and gas sebagai berikut :
1. Production Sharing Contract
2. Consesi Contract
3. Service Contract

Apabila PLN dapat menarik investor untuk bekerjasama menjadi mitranya maka keterbatasan akan kebutuhan modal untuk berinvestasi di panas bumi dapat diatasi. Skenario diatas hanyalah alternatif sederhana dengan melihat tatakelola migas di dunia saat ini dan dituliskan sekilas melalui media Blog, keterbatasan modal seharusnya bukan menjadi penghalang apabila kita memiliki komitmen untuk berinovasi. Banyak skema kontrak lain yang dapat di eksplorasi, banyak ahli ekonomi yang dapat melakukan simulasi perhitungan economic planning. Semoga kedepan PLN dapat memiliki visi untuk mengembangkan panas bumi dan bekerjasama dengan stakeholders terkait untuk menciptakan pertumbuhan energi di Tanah Air.

Salam !
@pararamparam.



Kamis, 21 Agustus 2014

SCM Hulu Migas - SCMHM : Manajemen Resiko dalam SCMHM (part.1)

"Dalam hal manajemen resiko, proses supply chain pada industri hulu migas sadar atau tidak sadar selangkah lebih maju dibandingkan dengan supply chain pada industri yang lainnya - @pararamparam"

Sesuai dengan ilustrasi pada gambar disamping, kita memiliki beberapa pilihan untuk menghadapi resiko, yaitu, menerima, menghindari, mengurangi, memindahkan, atau kombinasi dari beberapa hal tersebut. Termasuk dalam proses bisnis industri hulu migas yang terkenal dengan resiko yang tinggi. Semua upaya diatas dilakukan untuk menghindari kerugian yang terlalu besar bagi investor (kontraktor kerjasama) dan Negara. 

Manajemen resiko yang dilakukan oleh SKK Migas dalam kegiatan hulu migas adalah dengan mewajibkan kontraktor kerjasama untuk melakukan pemindahan resiko terhadap proses bisnis yang terjadi didalamnya. Pemindahan resiko kepada pihak lain tentu saja tidak dilakukan secara gratis, ada biaya yang harus dikeluarkan yang disebut premi. Dan pihak yang menerima pemindahan resiko tersebut disebut sebagai asuransi. Untuk kegiatan hulu migas, pihak asuransi yang ditunjuk menerima hibah resiko adalah konsorsium beberapa perusahaan asuransi dengan Jasindo sebagai leader konsorsium.

Ruang lingkup resiko yang KKKS dapat hibahkan kepada konsorsium Jasindo adalah terbatas. Hal ini terkait dengan kemampuan Jasindo yang dicantumkan dalam Polis. Oleh karena itu meskipun SKK Migas mewajibkan adanya pemindahan resiko, sebenarnya resiko yang dipindahkan adalah resiko utama bagi proses industri hulu migas. Sehingga resiko yang tidak dapat dihibahkan kepada konsorsium Jasindo akan dikelola kembali oleh KKKS, apakah itu akan di pindahkan lagi ke asuransi yang lain, atau diterima, dsb. Sebelum masuk untuk melihat bagaimana Manajemen Resiko dalam SCM Hulu Migas, berikut sekilas informasi mengenai bagaimana pemindahan resiko umumnya dilakukan oleh KKKS.

Sampai dengan titik ini sebenarnya sudah dapat kita terawang sekilas bagaimana manajemen resiko dalam scm hulu migas perlu dilakukan. Untuk lebih jelasnya bagaimana akan kita diskusikan pada artikel selanjutnya.


 @pararamparam

tebet - 2014

Sabtu, 16 Agustus 2014

SCM Hulu Migas : Mengenal Cinta Segitiga Si Pengadaan.

"Penghematan uang perusahaan (KKKS) yang nantinya akan diganti oleh Pemerintah. Jadi apabila semua syarat dan ketentuan berlaku maka penghematan yang dituju sebenarnya adalah penghematan untuk Pemerintah. " - @pararamparam

 
Secara umum manajemen pengadaan merupakan salah satu bagian dari Supply Chain Management. Termasuk dalam Industri Hulu Migas, dalam SCM nya juga terdapat pengadaan. Bahkan celakanya masih saja ada beberapa oknum yang beranggapan bahwa SCM = Pengadaan. Doh ! Need to be stressed that SCM isnt only about purchasing.

Pengadaan berarti melakukan pembelanjaan, dan belanja perlu uang (at least credit). Yang membuat menarik di Industri Hulu Migas adalah jika kita harus menjawab "Uang siapa yang digunakan untuk proses pembelanjaan ?" Jawabannya adalah uang perusahaan (KKKS). Tetapi yang nantinya akan di ganti oleh Pemerintah (*syarat dan ketentuan berlaku of course). Untuk lebih jelas dapat kita cari dengan keyword cost recovery migas. Later I'll write about those stuffs.

Nah kalau kita bicara management pasti ada key performance indicator (KPI). Dan KPI untuk pelaku pengadaan pasti tidak jauh dari penghematan, vendor sourcing, delivery time, dll.  Kita ambil salah satunya dulu : Penghematan. 
Penghematan untuk siapa ? Penghematan uang perusahaan (KKKS) yang nantinya akan diganti oleh Pemerintah. Jadi apabila semua syarat dan ketentuan berlaku maka penghematan yang dituju sebenarnya adalah penghematan untuk Pemerintah. 

Kenapa bukan penghematan untuk perusahaan ? Di periode awal merupakan penghematan untuk perusahaan (karena perlu nalangin), tetapi nantinya uang yang dikeluarkan perusahaan akan diganti oleh Pemerintah apabila syarat dan ketentuan berlaku.  Jadi untuk perusahaan yang memiliki modal besar adanya penghematan atau tidak apakah penting ?  Justru jika tidak benar niatannya, maka semakin besar pengadaan nanti akan semakin besar pula uang yang akan kembali bukan ?
Jadi menurut saya yang lebih merasakan penghematan itu penting adalah Pemerintah. 
Dalam industri Hulu Migas Indonesia keberadaannya diwakili oleh SKK Migas.

Disini mulai terlihat adanya potensi dua kepentingan yang berbeda. Dan yang diperebutkan tentu saja adalah Pelaku nya. Si Pengadaan dengan penghematannya. Disinilah saya menyebutnya Cinta Segitiga yang mampu membuat dilema para pelaku pengadaan di Industri Hulu Migas. Kepada siapa hati harus disandarkan sang Merah Putih atau oknum dalam perusahaan. Untuk lebih meyakinkan betapa cantik nya Si Pengadaan maka kita bisa membaca berita pada link berikut Berita Indopetro. Disebutkan bahwa Pengadaan memiliki 60%-70% bagian dari struktur biaya sebuah perusahaan (KKKS).

Tentu saja ini tidak terjadi disetiap tempat, tetapi mungkin saja terjadi. Dan pemerintah kita juga tidak tinggal diam. Melalui SKK Migas  dengan adanya banyak program, panduan kerja, dan regulasi yang mengatur proses pengadaan, maka diharapkan upaya penghematan itu dapat terjadi. 
Tantangannya tentu saja adalah membuar perusahaan jatuh hati (satu visi) dengan pemerintah untuk dapat memaksimalkan penghematan dalam proses pengadaan. Dengan adanya visi yang sama maka jelas bagi pelaku pengadaan untuk terus bersemangat dalam memberikan penghematan.

@pararamparam



Toll Manufacturing : Pengadaan Jasa Upgraded



Variasi Demand tinggi yang tidak sesuai dengan Modal memunculkan trend bisnis baru : Toll Manufacturing atau bisa disebut OEM (Original Equipment Manufacture), atau Makloon. Melalui metode produksi ini maka dapat dihasilkan variasi produk tanpa penambahan investasi yang banyak.

Pagi ini saya ingin share sekilas mengenai strategi manufacturing dalam upaya pemenuhan kebutuhan konsumen. Strategi ini disebut Maklon / Oem / Toll Manufacturing. Secara sederhana maklon seperti aktivitas yang kita lakukan saat kita pergi ke tukang jahit. Kita memiliki bahan, tukang jahit memiliki aset (tangible dan intagible) untuk melakukan proses menjahit sehingga dihasilkan baju sesuai yang kita inginkan. Menurut saya strategi ini sebenarnya masih dalam kelompok pengadaan jasa namun dengan scoop of work yang sangat detail dan payung kerjasamanya adalah kontrak. Bukan sekedar service order.

Keuntungan dengan menggunakan pengadaan jasa ini adalah kita dapat membuat produk yang kita inginkan tanpa kita harus melakukan investasi besar untuk mesin proses. Namun tentu saja dengan memilih mekanisme ini HPP (harga pokok produksi) akan menjadi lebih tinggi, karena ada biaya jasa yang harus kita bayarkan. Ditambah lagi ada kemungkinan produk yang kita buat di copy oleh penyedia jasa kemudian dijual secara terpisah. Lihat saja kasus produk-produk elektronik di china yang mengaku oem. 

Jika dilihat dari sudut pandang supply chain management sebenarnya proses ini cukup menarik. Beberapa skenario produksi dapat kita munculkan. Misalnya terkait raw material / parts, dari mana saja pengirimannya dilakukan. Apakah disediakan langsung dari penyedia jasa atau kita tetap akan mencari vendor lainnya untuk menyediakan parts tersebut. Kemudian beralih ke masalah inventory, apakah mungkin dilakukan produksi Just In Time, artinya parts harus tiba beberapa saat sebelum produksi dijalankan, tidak boleh terlalu jauh hari sebelum, ini untuk menghemat inventory atau memang tidak ada gudang yang bisa menampung. Menangani produksi JIT tentu memiliki tantangan tersendiri, terutama bila ada vendor yang telat kemudian mengganggu jadwal perakitan / produksi. Silahkan kroscek ke relasi yang bekerja di Honda Mobil untuk kasus JIT :p.

Well, upaya yang dapat kita lakukan untuk menekan cost toll manufacturing salah satunya adalah dengan tidak menyerahkan sepenuhnya pengelolaan kepada vendor.  Beberapa bagian dapat kita koordinasikan sendiri, misalnya pengambilan produk jadi atau pengecekan kualitas. Tinggal kita ciptakan satu posisi yang bertanggungjawab menangani segala "perintilan" ini dan kita gaji bulanan. Daripada "perintilan" ini dibebankan kedalam biaya jasa per produk oleh penyedia makloon. Sehingga ketika suatu saat produksi naik nantinya akan semakin terasa signifikan penghematannya (cost untuk gaji tetap vs cost untuk produksi naik karena quantity naik).

Menarik ! Kalau saya amati strategi pengadaan ini berangkat dari industri garmen dengan istilah makloon. Kemudian mulai diadaptasi untuk diterapkan pada industri yang lainnya.

@pararamparam

Tebet 2014